Tanggal: 4 Juli 2025
Malang — Tak hanya menjadi lokasi foto yang penuh warna, Kampung Warna-Warni Jodipan (KWJ) di Kota Malang kini berkembang menjadi pusat wisata kuliner estetik yang digandrungi wisatawan muda, keluarga, hingga pencinta fotografi makanan. Kawasan ini telah berubah dari sekadar kampung tematik menjadi zona wisata budaya, kuliner, dan ekonomi kreatif yang hidup siang dan malam.
Dari Gang Sempit ke Pusat Wisata Urban
Kampung Jodipan dulunya adalah pemukiman padat yang tak terawat. Namun, sejak direvitalisasi lewat program CSR dan kolaborasi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang pada 2016, kawasan ini menjelma menjadi ikon wisata visual. Pada 2024, pemerintah kota menambahkan sentuhan baru: zona kuliner tematik.
Kini pengunjung tidak hanya datang untuk selfie di antara tembok-tembok penuh mural, tetapi juga untuk menikmati sajian khas Malang dengan tampilan kekinian seperti Bakso Bakar Mozzarella, Cwie Mie Pelangi, hingga Es Puter Apel Batu dalam wadah rotan bambu yang estetik dan ramah lingkungan.
“Pengalaman kuliner di sini terasa berbeda. Saya bisa makan sambil lihat mural yang bercerita tentang sejarah Malang,” kata Intan Fadillah, wisatawan asal Yogyakarta.
Kolaborasi UMKM dan Seniman Mural
Pengembangan kawasan kuliner di Jodipan melibatkan lebih dari 50 UMKM lokal yang sebelumnya hanya menjual makanan dari rumah ke rumah. Mereka kini memiliki kios permanen dan desain unik dengan dominasi warna cerah khas Jodipan.
Selain itu, muralis lokal ikut berkolaborasi dengan pelaku kuliner untuk membuat dinding bertema makanan, seperti mural “Bakso Legenda”, “Sambal Tumpang”, dan “Jelajah Rasa Apel Malang”. Hasilnya: antrean panjang tak hanya untuk membeli makanan, tapi juga untuk memotret latar Instagramable.
“Kami ingin pengunjung merasa seperti sedang berada di galeri seni sambil menikmati kuliner. Jadi semuanya terasa otentik dan estetik,” ujar Ardy Rahman, salah satu muralis penggagas visual KWJ 2.0.
Zona Makan Rooftop dan Live Music Akustik
Inovasi lain yang menjadikan KWJ semakin menarik adalah keberadaan rooftop food corner di bagian atas bukit Jodipan. Dari sini, wisatawan bisa menyantap makanan dengan pemandangan Sungai Brantas dan gunung di kejauhan. Saat malam hari, tempat ini disulap menjadi area romantis dengan lampu-lampu hias dan pertunjukan musik akustik.
“Saya ke sini sore hari dan lanjut dinner di rooftop. Suasananya cozy banget. Kayak hidden gem di tengah kota,” ujar pasangan wisatawan asal Jakarta, Rico dan Laras.
Dukungan Pemerintah dan Ekspansi ke Kampung Tetangga
Melihat keberhasilan ini, Pemerintah Kota Malang tengah mempersiapkan ekspansi konsep serupa ke kampung tetangga, seperti Kampung Biru Arema dan Kampung 3D. Program “Urban Food Heritage” menjadi payung kebijakan yang mengintegrasikan pelestarian budaya, seni mural, dan kuliner lokal.
“Jodipan adalah contoh konkret bagaimana pariwisata bisa tumbuh dari warga. Sekarang giliran kami menjaga konsistensinya,” kata Wali Kota Malang, Drs. H. Sutiaji.
Kesimpulan:
Kampung Warna-Warni Jodipan telah berevolusi menjadi lebih dari sekadar objek wisata visual. Ia adalah ruang hidup baru bagi ekonomi kreatif, budaya kuliner lokal, dan inovasi urban. Malang kini tak hanya dikenal karena baksonya, tapi juga karena cara uniknya menyajikan makanan di antara warna dan seni.